Aku masih ingat betul bagaimana awalnya aku mengenal Dedikasi Jember. Nggak ada niat besar, nggak ada rencana muluk-muluk. Aku hanya ingin ikut kegiatan, cari pengalaman, dan mungkin—kalau beruntung—menemukan suasana baru yang menyegarkan. Tapi seiring waktu berjalan, langkah yang tadinya terasa ringan itu ternyata membawaku masuk ke dalam ruang yang lebih dalam: ruang yang diam-diam menjadi tempatku bercermin, belajar, dan bertumbuh.
Dedikasi Jember bukan sekadar organisasi atau komunitas tempat orang-orang bergerak. Ia seperti ruang hidup—yang terbuka, hangat, dan penuh kejutan. Di sana, aku bertemu banyak wajah dengan latar belakang dan cerita berbeda. Ada yang datang dengan segudang pengalaman, ada juga yang baru pertama kali mencoba terlibat. Tapi tak peduli dari mana kita berasal, semua diberikan tempat yang sama. Di ruang itu, setiap orang dihargai. Setiap ide didengarkan. Setiap langkah, sekecil apa pun, punya arti.
Menjadi bagian dari Dedikasi mengajarkanku banyak hal yang tak tertulis di buku. Tentang proses, misalnya. Aku belajar bahwa semua hal butuh waktu. Sebuah kegiatan yang tampak sederhana di media sosial ternyata punya lapisan panjang: mulai dari diskusi berulang, revisi tanpa henti, sampai persiapan yang menguras tenaga dan pikiran. Tapi justru dari situ aku menemukan makna. Ada kepuasan yang anehnya nggak bisa dijelaskan dengan kata-kata, saat akhirnya melihat senyum anak-anak yang ikut bermain, atau melihat ibu-ibu desa yang tertawa lepas setelah mengikuti pelatihan.
Aku juga belajar menerima diriku sendiri. Di tempat lain, aku mungkin masih ragu untuk bersuara, takut salah, atau merasa tidak cukup. Tapi di Dedikasi, aku diberi ruang untuk mencoba. Aku boleh gagal. Aku boleh bingung. Aku boleh berkata, "Aku belum tahu, boleh bantu aku?" Dan selalu ada tangan yang ditawarkan. Selalu ada kalimat yang menguatkan. Lingkungan seperti ini yang diam-diam menyembuhkan. Lingkungan yang tak memaksa untuk sempurna, tapi mendorong untuk terus tumbuh.
Tak jarang, aku menemukan diriku tersenyum sendiri saat mengingat momen-momen lucu dan spontan di tengah kegiatan. Seperti saat kami harus membangun tenda dalam waktu singkat, atau ketika peralatan dokumentasi tertinggal dan kami harus putar otak agar tetap bisa mengabadikan momen. Rasanya seperti hidup bersama keluarga kecil yang suka ribut, tapi selalu saling jaga. Ada tawa, ada lelah, ada pelukan dalam bentuk kata-kata, dan ada cinta dalam bentuk kerja sama.
Yang paling menyentuh, barangkali, adalah ketika aku mulai merasakan perubahan dalam cara pandangku terhadap dunia sekitar. Dulu, aku mungkin lebih sering fokus pada diriku sendiri. Tapi setelah beberapa bulan bersama Dedikasi, pandanganku mulai meluas. Aku belajar mendengar cerita orang lain. Belajar memahami bahwa perubahan besar sering kali dimulai dari hal kecil. Dan yang lebih penting: aku belajar bahwa memberi bukan soal besar-kecilnya kontribusi, tapi seberapa ikhlas niat yang menyertainya.
Refleksi itu datang tanpa aku sadari. Saat duduk sendiri setelah kegiatan, saat membaca ulang pesan-pesan tim, atau bahkan saat melihat ulang foto-foto dokumentasi di galeri ponselku. Di sana, ada jejak-jejak perjalanan. Ada aku yang pernah ragu, ada aku yang belajar bicara di depan umum, ada aku yang mencoba memimpin diskusi, dan ada aku yang kini lebih percaya diri menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diriku sendiri.
Dedikasi Jember menjadi ruang refleksiku. Tempat di mana aku merasa dilihat tanpa harus menjadi sempurna. Tempat di mana aku bisa belajar sambil tetap menjadi diriku sendiri. Tempat di mana kerja keras bukan sekadar tuntutan, tapi bentuk cinta yang kolektif. Aku bersyukur pernah—dan masih—menjadi bagian dari perjalanan ini. Karena dari sini, aku mengenal diriku lebih dalam, dan mengenal dunia dengan cara yang lebih lembut.
Dan jika suatu hari nanti ada yang bertanya, "Apa arti Dedikasi untukmu?" Aku akan menjawab: Dedikasi adalah ruang yang membuatku merasa berarti. Ruang yang mengizinkanku tumbuh, tertawa, menangis, dan terus belajar. Dedikasi adalah bagian dari cerita hidupku—yang akan selalu aku kenang dengan hati penuh.